Senin, 28 Desember 2015

Vira Mulai Mendesah


Cerita Panas 2016 - Dia langsung mengajakku untuk masuk kedalam rumahnya katanya rumahnya kosong, aku pun tidak menolak ajakannya, dan aku langsung duduk di sofa tempat ruang tamunya, dia berkata bentar ya kau ganti pakain dulu, kamu duduk disini aja”.
Nggak lama dia datang dengan baju kaos dan rok pendek sambilmembawa dua minuman dan duduk disamping aku. Buset, aku bisamencium harum tubuhnya dengan jelas. Dan terus terangtiba-tiba aku terangsang dan mulai membayangkan keindahan tubuh Vira bila tanpa busana. Nggak sadar, aku lama menataptubuh segarnya dan membuat Vira bingung.

"Kenapa sih Ben?" tanyanya.

Aku cepat-cepat sadar dari lamunan erotis aku.

"Nggak..., lo keliatan laen dari biasanya."

"Lain apanya Ben..?" sambil menumpangkan salah satu kakinya ke kakisatunya.

Buset.. itu paha putih banget. Birahi aku pun tambah terangkat.

Pikiran erotis aku mulai bergelora lagi, menghayalkan seandainya

aku bisa meraba-raba kemulusan pahanya."Heh..!"katanya sambil tertawa dan menepuk bahu aku, lalu"Ngeliat apaan hayo, ngeres deh lo!" Aku cuma bisa nyengir aja.

"San, panas ya disini?" sambil aku mengambil saputangandi kantong celana.

"Iya yah, lo udah mulai keringetan begini."Tiba-tiba aja dia ngelap keringet di dahi aku pake tisunya.Dalam keadaan berdekatan kayak gini, aku punya inisiatif untukmemeluk dan menciumnya.
Dan bener deh,...kejadian deh...

Vira sudah berada dalam pelukan aku, dan bibirnya sudah dalamlumatan bibir aku. Dia sama sekali tidak berontak dan mulaimemejamkan matanya menikmati percumbuan ini. Tangannyaperlahan berganti posisi menjadi memeluk leher aku. Tangan akuyang tadinya memegang pinggulnya, turun perlahan ke pangkalpahanya dan akhirnya...

Aku berhasil meraba merasakan betapa mulus dan lembutnya paha Vira.

Aku meraba naik turun sambil sedikit meremasnya. Rasanya rada bangga juga aku mulai bisa menyentuh bagian tubuhnya yang rada sensitif.

Sedang bibir kami masih saling berpagutan mesra dalam keadaan mata masih terpejam. Lama-lama aku merasa kurang afdol kalau hanya merababagian pahanya saja.Tangan aku mulai naik lagi. Sekarang aku kepingin bangetmenikmati buah dadanya yang padat. Pikiran aku udah melayang jauh.

Pelan tapi pasti aku mengangkat baju kaosnya untuk aku buka.

Dia nggak nolak, dan setelah aku buka bajunya, kelihatanlah buahdadanya yang masih terbungkus rapi oleh BHnya.

Aku lumat lagi bibirnya sebentar sambil aku bawa tangan aku ke belakangtubuhnya. Memeluk, dan akhirnya aku mencari kancing pengaitBHnya untuk aku lepas. Nggak lama terlepaslah BH pembungkusbuah dadanya.

Dan mulailah tersembul keindahan buah dadanya yang putih padat dengan puting kecoklatan diatasnya. Buu..ssee..tt..benar-benar merupakan tempat untuk berwisata yang paling indahdengan pemandangan yang menakjubkan di seantero jagat.

Aku bertambah gregetan melihat indahnya buah dada berukuran 34B yang terawat rapi selama ini.Akhirnya aku mulai meraba dan meremas-remas salah satu buahdadanya dan kembali aku lumat bibir mungilnya. Terdengar nafasVira mulai tidak teratur.

Kadang Vira menghembuskan nafasdari hidungnya cepat hingga terdengar seperti orang sedangmendesah.

Vira makin membiarkan aku menikmati tubuhnya.Birahinya sudah hampir tidak tertahankan.Saat aku rebahkan tubuhnya di sofa dan mulut aku siap melumatputing susunya, Vira menolak aku sambil mengatakan,

"Ben, jangan disini aah, dikamar aku aja!" ajaknya dan kemudian bangun,mengambil baju kaos dan BHnya di lantai dan berjalan menujukamar tidurnya. Aku ngikutin dari belakang sambil membuka bajuaku sendiri dan melepas kancing celana aku.

Begitu pintu ditutup dan dikunci, aku langsung meluk Virayang sudah topless dan kembali melumat bibir mungilnya danmelanjutkan meraba-raba tubuhnya sambil bersandar di tembokkamarnya. Lama-lama cumbuan aku mulai beralih ke lehernya yangjenjang dan menggelitik belakang telinganya.

Vira mulai mendesah pertanda birahinya semakin menjadi-jadi. Sakinggemesnya aku sama tubuh Vira, nggak lama tangan aku turun danmulai meraba dan meremas bongkahan pantatnya yang begitumontoknya. Vira mulai mengerang geli.

Terlebih ketika akulebih menurunkan cumbuan aku ke daerah dadanya, dan menujupuncak bukit kembar yang menggelantung di dada Vira.Dalam posisi agak jongkok dan tangan aku memegang pinggulnya,aku mulai menggerogoti puting susu Vira satu persatu yangmembuat Vira kadang menggelinjang geli, dan sesekali melenguhgeli.

Aku jilat, gigit, emut dan aku isap puting susu Vira,hingga Vira mulai lemas. Tangannya yang bertumpu pada dindingkamar mulai mengendor.Perlahan tangan aku meraba kedua pahanya lagi dan rabaan mulainaik menuju pangkal pahanya.

Dan aku mengaitkan beberapa jariaku di celana dalamnya dan.. srreet!!! Lepas sudah celanadalam Vira. Aku raba pantatnya, begitu mulus dan kenyal,sekenyal buah dadanya. Dan saat rabaan aku yang berikutnyahampir mencapai daerah selangkangannya..., tiba-tiba,

"Ben, di tempat tidur aja yuk..! Aku capek berdiri nih."

Sebelum membalikkan badannya, Vira memelorotkan rok mininya dihadapan aku dan tersenyum manis memandang ke arah aku.

Alamak, senyum itu... Bikin aku kepingin cepat-cepat menggumulinya.

Apalagi Vira tersenyum dalam keadaan bugil alias tanpa busana.

Buu..ssset khayalan aku benar-benar jadi kenyataan cing..!Vira mendekat ke aku sebentar dan tangannya dengan lincahmelepas celana panjang dan celana dalam aku hingga kini bukanhanya dia saja yang bugil di kamarnya. Batang kemaluan akuyang tegang mengeras menandakan bahwa aku sudah siap tempurkapan saja. Tinggal menunggu lampu hijau menyala.

Lalu Vira mengambil tangan aku, menggandeng dan menarik akuke ranjangnya. Sesampainya di pinggir ranjang, Vira berbalikdan mengisyaratkan agar aku tetap berdiri dan kemudian Viraduduk di sisi ranjangnya.

Oh buu..ssseet, Vira mengulum batang kemaluan aku dengan rakusnya.

Gila mak, lalu dia dengan ganasnya pula menggigit halus, menjilat dan mengisap batang kemaluan aku tanpa ada jeda sedikit pun.

Kepalanya maju mundur mengisapi kemaluan aku hingga terlihat jelas betapa kempot pipinya.

Aku berusaha mati-matian menahan ejakulasi aku agaraku bisa mengimbangi permainannya. Kadang aku meringis nikmatsaat Vira mengeluarkan beberapa jurus pamungkasnya dalammenyepong. Gila bener... uenakya kagak ketulungan cing..!!Ada mungkin 15 menit Vira mengisapi batang kemaluan aku, laludia melepas mulutnya dari batang kamaluan aku dan merebahkantubuhnya telentang diatas ranjang.

Aku ngerti banget maksudini cewek. Dia minta gantian aku yang aktif. Segera aku tindihtubuhnya dan mulai berciuman lagi untuk beberapa lamanya, danaku mulai mengalihkan cumbuan ke buah dadanya lagi, kemudianaku turun lagi mencari sesuatu yang baru di daerahselangkangannya.

Vira mengerti maksud aku. Dia segeramembuka, mengangkangkan kedua pahanya lebar-lebar membiarkanaku membenamkan muka aku di sekitar bibir vaginanya. Keduatangan aku lingkarkan di kedua pahanya dan membuka bibirvaginanya yang sudah memerah dan basah itu.

Oh... buusset, rupanya sewaktu dia mandi sudah bersihkan dan disabuni dengan baik sehingga bau vaginanya harum. Ditambah menurutpengakuannya, bahwa dia tadi meminum ramuan pengharum vagina.

Tanpa ba bi bu lagi, lidah aku julurkan untuk menjilati bibirvaginanya dan buah kelentit yang tegang menonjol.Gila mak, Vira menggelinjang hebat. Tubuhnya bergetar hebat.Desahannya mulai seru. Matanya terpejam merasakan geli dannikmatnya tarian lidah aku di liang sanggamanya.

Kadang pulaVira melenguh, merintih, bahkan berteriak kecil menikmatigelitik lidah aku. Terlebih ketika aku julurkan lidah akulebih dalam masuk ke laing vaginanya sambil menggeser-geser kekelentitnya. Dan bibir aku melumat bibir vaginanya sepertiorang sedang berciuman.

Vaginanya mulai berdenyut hebat,hidungnya mulai kembang kempis,dan akhirnya.."Ben.. ohh.. Ben.. udahh.. maaasuukin Ben..!!"

Vira mulai memohon kepada aku untuk segera mengentotinya. Aku bangun dari daerah selangkangannya dan mulai mengatur posisi diatastubuhnya dan menindihnya sambil memasukkan batang kemaluan akukedalam lorong vaginanya perlahan.

Dan akhirnya aku genjotvagina Vira yang masih perawan itu secara perlahan danjantan. Masih sempit, tapi remasan liangnya membuat aku tambahpenasaran dan ketagihan.Akhirnya aku sampai pada posisi paling dalam, lalu perlahanaku tarik lagi.

Pelan, dan lama kelamaan aku percepat gerakantersebut. Kemudian posisi demi posisi aku coba bareng Vira.Aku sudah nggak sadar berada dimana. Yang aku tahu semuanyasangat indah. Rasanya aku seperti melayang terbang tinggibersama Vira.

Yang aku tahu, terakhir kali tubuh aku dantubuh Vira mengejang hebat. Keringat membasahi tubuh aku dantubuhnya. Nafas kami sudah saling memburu. Aku ngerasa adasesuatu yang memuncrat banyak banget dari batang kemaluan akusewaktu barang aku masih di dalam kehangatan liang sanggamaVira. Habis itu aku nggak tahu apa lagi.

Sebelum aku tertidur aku sempet ngelihat jam. Alamak..! duasetengah jam. Waktu aku sadar besoknya, Vira masih tertidurpulas disamping aku, masih tanpa busana dengan tubuh masih seindah sebelum aku bersenggama dengannya.

Sambilmemandanginya, dalam hati aku, aku berkata, "Akhirnya aku bisajuga ngelampiasin nafsu yang aku pendam selama ini.

Thank's banget "San..., kalo nggak ada lo, aku kagak tau dehkemana aku bawa nafsu aku ini..." Aku kecup keningnya, laluaku segera berpakaian dan siap cabut dari rumah Vira setelahaku lihat jam di mejanya, mengingatkan aku bahwa sebentar lagikeluarganya bakal datang.

Aku kagak mau konyol kepergok lagibugil berduaan bareng dia. Apalagi masih ada noda darahperawan di sprei tempat tidurnya. Aku bangunin dia dan berkatabahwa lain kali sebaiknya kita main di villa aku, di Bogor,aja dengan alasan lebih aman dan bebas.

Minggu, 27 Desember 2015

SPG Parfum Cantik


Aku adalah seorang tenaga marketing yang bekerja di sebuah perusahaan distributor parfum di Bogor. Sebenarnya aku juga merupakan perintis dari perusahaan itu, sebut saja CV. WIN. Namun karena andilku di perusahaan itu hanyalah Sumber Daya Manusia, dan bukannya ada hubungan dengan finansial, maka pendapatankupun tidak sama dengan teman-temanku yang lain yang juga ikut menjadi perintis. Ada lima orang termasuk aku yang pertama kali bergabung menjadi satu hingga terbentuklah CV. WIN. Adalah Pak Hendra, orang yang paling berperan di perusahaan itu, karena beliaulah yang menjadi pemegang modal dari segala sesuatunya. Beliau seorang Sarjana Ekonomi. Karena keakraban kami, maka kamipun memanggil beliau dengan sebutan Babe, sebutan khas orang Betawi. Karena lingkungan kami merupakan transisi antara Sunda dengan Betawi. Empat orang yang lain bertugas untuk mengembangkan SDM, baik SDM masing-masing maupun dalam hal rekrutmen dan pengembangannya. Maka kami berempatpun bersaing untuk merekrut anak buah yang sebanyak-banyaknya, dan mengembangkan hingga menjadi sebuah tim yang integral dan solid. Dalam empat bulan saja, yang semula hanya berjumlah empat orang sudah menjadi lebih dari lima puluh orang. Dan timku menjadi tim yang paling solid dengan jumlah yang terbanyak. Semua itu tak lepas dari kerja kerasku untuk mengembangkan mereka, mendidik mereka dan memotivasi mereka. Mereka memang tim yang kuat dan bermotivasi tinggi. Mereka semua sangat respek terhadapku. Itu semua karena aku hampir dikatakan sempurna dalam hal pembinaan dan approachmen. Aku selalu menghadapi mereka dengan sabar, meski sifat mereka tak sama. Aku menerapkan pendekatan yang berbeda-beda dari yang satu dengan yang lainnya. Aku selalu memuji mereka yang berprestasi, dan membangun semangat bagi mereka yang sedang down. Aku selalu sempatkan waktu sekitar dua sampai lima menit kepada masing masing individu untuk berbicara mengenai keluhan-keluhan mereka, kendala-kendala di lapangan, dan rencana-rencana mereka ke depan, sehingga mereka merasa benar-benar menjadi bagian yang penting dalam tim. Paling tidak aku menyapa mereka sekilas dengan mengucapkan selamat pagi penuh semangat, memuji penampilan mereka, atau hanya sekedar mengatakan, "Dasi kamu bagus" Aku juga sangat antusias dengan mereka, karena sebagian besarnya adalah cewek. Dan bukan rahasia lagi jika cewek sunda terkenal dengan postur tubuh yang tak terkalahkan. Mereka rata rata berbadan segar dengan buah dada yang sekal dan menantang. Kulit mereka juga sangat bersih. Itu adalah keuntungan tersendiri bagiku karena pasti suatu saat nanti mereka (bahkan semuanya) bisa aku kencani satu persatu. Dengan pendekatan setahap demi setahap salah satu diantara mereka, Febi, akan bisa aku nikmati tubuhnya. Kisah ini berawal ketika suatu hari aku tidak terjun ke lapangan karena badanku terasa tidak enak. Tapi karena aku harus memotivasi mereka, paginya aku sempatkan untuk ke kantor. Dan begitu mereka berangkat ke lapangan aku pulang ke kost untuk istirahat. Namun paginya dikantor, Febi sempat curiga dengan kesehatanku dan bertanya, "Mas kenapa, sedang sakit ya?" "Iya, Feb. Aku lagi nggak enak badan. Kayaknya aku nggak berangkat hari ini" "Ya udah, entar habis meeting Mas pulang aja. Mas sudah makan?" tanya Febi penuh perhatian. Dia memang orangnya sangat perhatian. "Udah sih, tapi cuman dikit. Nggak selera" Dengan penuh kelembutan Febi meraba dahiku. Tangannya lembut dan wangi. Kalau aku diraba agak lama mungkin aku langsung sembuh, pikirku. Pukul sembilan pagi semua karyawan sudah menyebar ke lapangan. Sementara aku masuk dan beristirahat di ruang rapat. Babe masuk dan bertanya, "Kenapa Yan, sakit?" "Iya, Be," jawabku singkat. "Ya udah, tiduran aja situ," kata Babe ramah. "Nggak ah, Be. Aku mau pulang aja. Ntar sore balik lagi" "Terserah deh" Aku bergegas pulang ke kost. Kostku memang hanya berjarak tiga ratus meter dari kantor. Semua biaya kostku ditanggung oleh Babe. Ruangnya nyaman, besar dan bersih. Penjaganya yang bernama Pak Min itu juga ramah. Menurut Pak Min sebenarnya kamar itu khusus untuk tamu dan tidak disewakan, tapi entah mengapa aku diperkenankan menyewa kamar itu. Di kamar itu terdapat lukisan panorama yang sangan besar dan indah. Asli pula dan bukan reproduksi. Kata Pak Min posisi kamar itu boleh diubah sesuka penghuninya. Asal jangan kaget jika ada sensasi baru setelah itu. Apalagi dengan lukisan itu. Tapi aku menganggap itu hanya gurauan Pak Min dan aku tidak menanggapinya dengan serius. Sebenarnya di kost itu tidak boleh membawa teman lawan jenis ke kamar, tapi sepertinya Pak Min, si penjaga itu tahu apa yang dibutuhkan penghuni kost, jadi peraturan itu diabaikan. Sehingga kamar sebelahku sering dipakai pesta seks oleh penghuninya. Aku pernah ikut sekali. Sesampainya di depan kamar kost aku kaget karena Febi ternyata sudah berada di depan kamar kostku sedang membaca majalah kesukaannya. "Lho Feb, kok kamu disini. Lagi ngapain?" tanyaku singkat. "Lagi nungguin Mas Iyan. Kenapa, nggak boleh?" tanya Febi manja. "Ya boleh sih, tapi kok tadi nggak ngomong dulu" "Mau ngasih kejutan, biar Mas Iyan sembuh" "Ah, bisa aja kamu," sahutku sambil mencubit dagunya yang mungil itu. Setelah membuka pintu kamar aku mempersilakan Febi masuk. Dengan tanpa canggung Febi masuk ke kamarku dan melihat sekeliling, "Kok posisi kamarnya nggak diubah sih Mas. Emang nggak bosen gini-gini aja. Ubah dong biar ada perubahan. Biar selalu baru, jadi Mas nggak sakit-sakitan" "Biarin, sakit kan karena penyakit. Bukan karena kamar. Eh ngomong-ngomong, sorry lho kamarku berantakan" "Ah cowok mah, biasa," sahut Febi dengan sedikit logat sunda. Setelah itu tangan mungil Febi memunguti benda-benda yang berantakan itu dan menatanya dengan rapi di tempatnya masing masing. Sementara aku pergi ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Begitu masuk kamar, kamarku sudah kembali bersih dan rapi oleh tangan Febi. Aku lihat Febi sedang sibuk memencet-mencet tombol remote untuk mencari acara tv. Hari itu Febi mengenakan baju tipis putih dengan celana hitam panjang. Sangat terlihat profesional dia dengan pakaian itu. Juga seksi. Sambil tiduran Febi terlihat sangat menggoda. Payudaranya sangat terlihat mulus dengan bra yang tidak seukuran. Terlihat sekali bra itu tak sanggup memuat isi dari dada Febi. Aku menelan ludah. Tiba tiba suhu badanku naik. Aku tahu ini bukan karena aku sakit, tapi lebih karena libidoku pasti sedang on. Si kecil juga ikut-ikutan bangun. Sialan. Aku menggerutu karena ketika si kecil bangun dengan posisi yang salah. Menghadap ke bawah. Sehingga bulu-bulunya yang semula sempat menempel jadi tertarik dan menimbulkan rasa sakit. Aku merogohnya dan menempatkannya dengan benar. Tentu ini tak sepengetahuan Febi. Malu aku. "Mas punya CD lagu yang bagus, nggak?" tanya Febi mengagetkanku. "Cari aja disitu, pilih sendiri. Ada lagu, ada film. Eh, aku kemarin sewa film bagus tapi belum sempat nonton. Tuh, yang bungkusnya dari rental" "Film apa sih ini?" "Action, tapi katanya sih, ada making love-nya" "Hii. Coba ah, penasaran" Sementara Febi memasukkan keping VCD, aku memperhatikan pinggangnya yang sedikit terbuka ketika dia sedikit menungging. Putih, mulus. Aku jadi teringat Dewi pemeran VCD Itenas yang heboh itu. Sementara aku duduk mengambil posisi bersandar di tembok dekat tempat duduk Febi sebelumnya. Aku berharap setelah selesai memasukkan keping VCD, Febi kembali ke tempat duduk semula, jadi aku berada disampingnya persis. Dan benar, kini Febi berada disampingku dengan posisi bersila, sementara kakiku aku selonjorkan. Kini kaki kiri Febi yang dilipat menumpang di kakiku. Filmpun dimulai. Aku juga bersiap untuk memulai film panas siaran langsung tanpa penonton dan kamera. Aku mulai merangkul Febi. Mengelus rambutnya yang hitam itu, sambil sesekali membahas cerita film itu. Padahal sebenarnya aku tidak begitu memperhatikan alur cerita film itu. Aku hanya menjawab ya dan tidak atau tersenyum menanggapi Febi yang terlihat serius. Lalu badan Febi mulai bersandar di badanku. Akupun dengan mudah menciumi rambutnya, telinganya juga tengkuknya. Sementara tanganku yang sedari tadi bermain di daerah atas, kini mulai merosot. Menyentuh dada Febi, meremasnya hingga Febipun tak lagi memperhatikan film itu dan menikmati sentuhanku. Kini kami menjadi pemeran utama sebuah film panas. Apalagi ketika alur film itu tiba pada kisah make love, sesekali kami melihatnya sebagai pemanas. Wajah Febi yang semula menghadap tivi kini mulai tengadah menghadapku. Bibir kamipun beradu. Febi terlihat sangat antusias. Napasnya sangat wangi menggairahkan. Aku yakin Febi mempersiapkan hal ini dengan makan permen wangi sebelumnya. Dia menjilati mukaku dengan buas. Sementara tanganku sibuk bergerilya mencoba melepas pakaian Febi. Tanganku yang berada di dalam baju Febi berhasil membuka pengait bra-nya. Gumpalan daging sekal itu kini longgar tanpa pembungkus. Sementara bibirnya sibuk menjilatiku, tangannya mulai menuju pakaianku. Akupun dilucutinya. Sekarang aku tak berbaju lagi. Bibir Febipun mulai bergerilya turun. Menjilati dadaku dan mengulum susuku. Badanku makin panas. Libidoku makin naik. Leher, perut, telinga, dan dadaku menjadi sasaran bibir Febi. Aku menikmatinya sambil terus memainkan payudaranya yang semakin menghangat. Semakin lama Febi semakin mengganas, dilepaskannya celanaku luar dan dalam. Bibirnya yang kini sudah tak berlipstik itu terus menjamah semua sektor tubuhku. Lidahnya menjilat-jilat bulu kemaluanku. Juga buah zakarku. Aku sesekali menggelinjang menahan jilatannya. Apalagi ketika kemaluanku masuk kedalam mulutnya. Ah, hangat rasanya. Febi berubah posisi. Yang semula berada tepat di depanku, kini beralih disampingku, sambil tetap menghisap kemaluanku. Perubahan posisinya bukan tanpa alasan. Ternyata Febi mengulum penisku dengan posisi dari samping sehingga lidahnya mengenai permukaan penisku bagian atas. Posisi ini sungguh sangat nikmat. Baru kali ini merasakan hisapan dan jilatan yang sangat hebat. Luar biasa. Sementara itu tanganku terus mengelus tubuh Febi. Payudaranya yang kenyal selalu menjadi favorit tanganku. Juga pantatnya yang bulat mulus. Sungguh menggairahkan. Tapi ketika jemariku kutuntun untuk menuju liang vaginanya, Febi menolak. Akupun menurut saja. Aku tidak mau memaksakan kehendakku. Sekitar sepuluh menitan Febi bermain dengan posisi itu. Selanjutnya penisku dikeluarkannya dari mulut. Lidahnya yang terus mengganas itu menjalar keseluruh permukaan badanku bagian depan. Naik, naik, dan terus naik. Kini bibir kami kembali beradu. Kini posisi Febi tepat mendudukiku. Lalu perlahan-lahan Febi membimbing penisku untuk masuk kedalam liang vaginanya. Dan, bless.. hangat, nikmat. Febi meringis menahan rasa. Entah apa yang ia rasakan. Setelah berkonsentrasi dengan penisku, kini Febi mulai memompa dengan posisi naik turun. Aku masih pada posisi duduk. Febi yang duduk dihadapanku terus naik turun hingga payudaranya terayun-ayun. Akupun tertarik dengan payudara itu. Kupegang, kuremas, kutekan lalu aku menundukkan kepalaku hingga bibirku mengenai payudara Febi. Dalam kesulitan karena posisinya yang terayun-ayun aku mengisap payudara Febi. Febipun meraung-raung tak karuan. "Ya Mas, terus Mas. Hisap terus, Mas" "Augh, augh.. Mas aku mau keluar, augh, augh.. Ahh!! Febi mengejang. Mukanya memerah. Lalu kami membalikkan tubuh kami. Untuk sementara kami juga melepaskan perabot kami yang tertancap. Akupun mulai bekerja. Kubimbing Febi untuk berjongkok. Akupun menyetubuhinya lagi dengan posisi dari belakang. Bless.. Kemaluanku masuk lagi ke liang vaginanya. Dengan posisi doggystyle aku memompa pantat Febi berkali-kali hingga aku merasakan ada dorongan yang sangat kuat, hingga frekuensi doronganku semakin cepat. Aku meracau tak karuan. Febi tahu itu. Sebelum spermaku muncrat, dilepaskanlah pantatnya. Sekejap Febi sudah berbalik posisi. Tangannya langsung menangkap kemaluanku. Dibantu mulutnya, dikocoklah penisku sejadi-jadinya dan.. "Augh.." Sperma hangat muncrat ke mulut Febi. Tanpa ragu dikulumlah penisku. Rasanya tidak karuan. Spermakupun habis ditelan Febi. Lalu kami berduapun roboh tak berdaya. Aku mencium Febi penuh kasih dan dengan senyum kepuasan. Wajahnya yang penuh keringat tetap manis dengan senyuman itu. Sementara layar tv ku sudah menunjukkan display VCD. Entah duluan VCD atau aku selesainya. E N D